EKONOMI POLITIK DOMESTIK DAN INTERNASIONAL
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat
yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Sebagai proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu lain- lain.
Dunia kini memiliki karakteristik global. Artinya, integrasi dunia makin ketat
dan kaitan antara satu negara dengan negara lain makin erat. Peristiwa di satu
negara yang jauh, akan terdengar dan bahkan berimbas di negara-negara lain.
Dalam hal politik luar negeri Indonesia, maka untuk menghadapi era globalisasi
adalah bagaimana pelaksanaan dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit
dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan politik luar negeri
Indonesia tersebut dalam percaturan internasional. Pelaksanaan politik luar
negeri Indonesia diarahkan pada prioritas mengupayakan dan mengamankan serta
meningkatkan kerja sama dan dukungan negara-negara sahabat serta badan-badan
internasional bagi percepatan pemulihan perekonomian nasional. Sekaligus
mengupayakan pulihnya kepercayaan internasional terhadap tekad dan kemampuan
pemerintah Indonesia untuk mengatasi krisis multidimensional yang sedang
dihadapi saat ini. Dan untuk menumbuhkan kepercayaan dunia internasional
tersebut, yang harus dilakukan dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia
adalah dengan kebijakan yang dapat memperkuat keunggulan diplomasi Indonesia.
Globalisasi perekonomian telah menjadi hard fact bagi semua negara termasuk berlaku di negara-negara sedang berkembang. Bagi sebagian negara, terutama bagi negara industri maju, hal tersebut telah mendatangkan berkah. Namun bagi sebagian besar lainnya, terutama sebagian besar negara berkembang seperti Indonesia, belum banyak membawa manfaat. Indonesia, sebagai negara yang sedang berkembang, memanfaatkan globalisasi perekonomian tersebut sebagai suatu cara untuk menjalin kerja sama ekonomi bilateral maupun multilateral, baik kerja sama kemitraan ekonomi, kerja sama keuangan, investasi, perdagangan, maupun kerja sama secara umum yang menangani isu ekonomi dan keuangan. Dalam ekonomi internasional, diperlukan suatu kebijakan luar negeri Indonesia, di mana kebijakan tersebut dapat menyeimbangkan kedudukan ekonomi Indonesia dalam perekonomian internasional, seperti pada kenyataannya sekarang ini, bahwa perekonomian Amerika-lah yang menjadi patokan bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di dunia.
Globalisasi perekonomian telah menjadi hard fact bagi semua negara termasuk berlaku di negara-negara sedang berkembang. Bagi sebagian negara, terutama bagi negara industri maju, hal tersebut telah mendatangkan berkah. Namun bagi sebagian besar lainnya, terutama sebagian besar negara berkembang seperti Indonesia, belum banyak membawa manfaat. Indonesia, sebagai negara yang sedang berkembang, memanfaatkan globalisasi perekonomian tersebut sebagai suatu cara untuk menjalin kerja sama ekonomi bilateral maupun multilateral, baik kerja sama kemitraan ekonomi, kerja sama keuangan, investasi, perdagangan, maupun kerja sama secara umum yang menangani isu ekonomi dan keuangan. Dalam ekonomi internasional, diperlukan suatu kebijakan luar negeri Indonesia, di mana kebijakan tersebut dapat menyeimbangkan kedudukan ekonomi Indonesia dalam perekonomian internasional, seperti pada kenyataannya sekarang ini, bahwa perekonomian Amerika-lah yang menjadi patokan bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dimensi ekonomi politik domestik (Indonesia)?
2. Bagaimana dimensi ekonomi politik internasional?
3. Bagaimana kaitan antara keduanya?
C. Tujuan
1. Mendapatkan deskripsi tentang dimensi ekonomi politik domestik (Indonesia).
2. Mendapatkan deskripsi tentang dimensi ekonomi politik internasional.
3. Mendapatkan deskripsi tentang keterkaitan antara ekonomi politik domestik dan internasional.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan wacana pembaca khususnya dalam tema dimensi ekonomi politik domestik dan internasional serta keterkaitan keduanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dimensi ekonomi politik domestik (Indonesia)
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Terdapat beberapa pengaruh positif globalisasi terhadap politik luar negeri RI. Dilihat
dari globalisasi politik, pemerintahan Indonesia kini dijalankan secara lebih
terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara,
jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan
mendapat tanggapan positif dari rakyat sehingga rasa nasionalisme terhadap
negara menjadi meningkat.
Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Namun
demikian tidak ada hal yang benar-benar sempurna di dunia ini. Terdapat pula
efek negatif globalisasi yang mempengaruhi Indonesia. Diantaranya globalisasi
mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan
dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan
hilang.
Dari
globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,
dll.) membanjiri di Indonesia. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang
lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai
kiblat. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Munculnya
sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesame warga.
Dampak dari
globalisasi di Indonesia, misalnya terjadinya krisis ekonomi 1997. Krisis telah
mengangkat ke permukaan berbagai masalah domestik yang selama ini tersembunyi
di balik keajaiban ekonomi dan pemerintahan yang otoriter. Selain itu,
perubahan politik yang terjadi juga ditunjukkan fenomena desentralisasi dan
menguatnya identitas kedaerahan. Situasi ini menyebabkan Indonesia menghadapi
tekanan dari dua arah sekaligus, terkait dengan identitasnya sebagai
negara-bangsa. Beberapa faktor yang mengiringi krisis ini adalah pergerakan
finansial di tiga kutub di dunia atau triad power (AS, Eropa, dan Jepang),
faktor institusi finansial yang berkembang pesat, dan faktor spekulasi yang
mengiringi dinamika gejolak finansial global.
Harry G. Johnson melihat bahwa kebijaksanaan ekonomi yang digunakan oleh negara berkembang umumnya berorientasi pada ”nasionalisme ekonomi”. Diantaranya:
1. Cita-cita sosialisme: negara lebih suka mengembangkan perusahaan negara daripada perusahaan swasta, pengendalian harga oleh pemerintah daripada oleh mekanisme pasar.
2. Kekuatan ekonomi dalam negeri: kebijaksanaan ekonomi dipusatkan pada subtitusi impor dengan proteksi tinggi, tanpa menghiraukan efisiensi dan keuntungan komparatif dari impor.
3. Kecurigaan terhadap usaha asing: investasi asing umumnya dilarang, walaupun modal dan tenaga managemen dan teknis sangat diperlukan.
Harry G. Johnson melihat bahwa kebijaksanaan ekonomi yang digunakan oleh negara berkembang umumnya berorientasi pada ”nasionalisme ekonomi”. Diantaranya:
1. Cita-cita sosialisme: negara lebih suka mengembangkan perusahaan negara daripada perusahaan swasta, pengendalian harga oleh pemerintah daripada oleh mekanisme pasar.
2. Kekuatan ekonomi dalam negeri: kebijaksanaan ekonomi dipusatkan pada subtitusi impor dengan proteksi tinggi, tanpa menghiraukan efisiensi dan keuntungan komparatif dari impor.
3. Kecurigaan terhadap usaha asing: investasi asing umumnya dilarang, walaupun modal dan tenaga managemen dan teknis sangat diperlukan.
B. Dimensi ekonomi politik internasional
1. Pengertian ekonomi
politik internasional (EPI)
Ekonomi politik internasional merupakan studi
tentang saling keterkaitan dan interaksi antara fenomena politik dengan
ekonomi, antara ”negara” dengan ”pasar”, antara lingkungan domestik dengan yang
internasional, dan antara pemerintah dengan masyarakat. Ekonomi didefinisikan
sebagai produksi, distribusi, dan konsumsi kekayaan; sedangkan politik sebagai
sehimpunan lembaga dan aturan yang mengatur berbagai interaksi sosial dan ekonomi.
Dalam
pengertian yang lebih spesifik bisa disebutkan bahwa fokus perhatian ekonomi
politik internasional adalah hubungan antara dinamika pasar dengan domestik
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pasar itu di tingkat domestik maupun
internasional. Ini berarti bahwa studi ekonomi politik internasional adalah
studi tentang hubungan antara politik domestik di berbagai negara dengan
ekonomi internasional; atau sebaliknya, ini adalah studi tentang dampak
kekuatan pasar yang beroperasi dalam ekonomi internasional terhadap politik
domestik negara-negara tertentu.
2. Teori-teori yang berkaitan dengan EPI
a. Teori Merkantilisme
Merkantilisme adalah pandangan dunia tentang elit-elit politik yang berada pada garis depan pembangunan negara modern. Merkantilisme melihat perekonomian internasional sebagai arena konflik antara kepentingan nasional yang bertentangan daripada sebagai wilayah kerjasama dan saling menguntungkan. Persaingan ekonomi antar negara dapat mengambil dua bentuk yang berbeda. Pertama, merkantilisme bertahan atau ramah, adalah negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya sebab hal tersebut merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya. Kebijakan seperti itu tidak memiliki dampak negatif pada negara lain. Kedua, merkantilisme agresif atau jahat, yaitu megara-negara berupaya mengeksploitasi perekonomian internasional melalui kebijakan ekspansi. Sebagai contoh, imperalisme kekuatan colonial bangsa Eropa di Asia dan Afrika.
Merkantilisme dengan
demikian melihat kekuatan ekonomi dan kekuatan politik militer sebagai tujuan
yang saling melengkapi, bukan saling bersaing dalam lingkaran arus balik
positif. Pencapaian kekuatan ekonomi mendukung pengembangan kekuatan politik
dan militer negara dan kekuatan politik dapat meningkatkan dan memperkuat
ekonomi negara. Kaum merkantilis menyatakan bahwa perekonomian seharusnya
tunduk pada tujuan utama peningkatan kekuatan negara, politik harus di utamakan
daripada ekonomi. Tetapi isi dari kebijakan-kebijakan spesifik yang
direkomendasikan untuk menjalankan tujuan tersebut telah berubah sepanjang
waktu.
b. Liberalisme ekonomi
Adam Smith, bapak Liberalisme ekonomi, yakin bahwa pasar cenderung meluas secara spontan demi kepuasan kebutuhan manusia. Ekonomi liberal didasarkan pada pemikiran bahwa jika di biarkan sendiri perekonomian pasar akan berjalan spontan menurut mekanisme atau hukumnya sendiri. Hukum ini dipandang melekat dalam proses produksi ekonomi dan perdagangan. Kaum liberal berpendapat bahwa aliran modal, barang dan jasa yang bebas diantara negara-negara sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global. Kaum ekonomi liberal menolak pandangan kaum merkantilis bahwa negara adalah aktor dan fokus sentral ketika menghadapi permasalahan ekonomi. Aktor sentral adalah individu sebagai konsumen dan sebagai produsen. Pasar adalah arena terbuka tempat para individu bersama-sama menukarkan barang dan jasa. Kaum liberal selanjutnya menolak pandangan” zero sum” kaum merkantilis, suatu pandangan bahwa keuntungan ekonomi suatu negara sebenarnya merupakan kerugian ekonomi negara lain. Kaum ekonom liberal terdahulu menyebut Laissez faire yaitu kebebasan pasar dari semua jenis pembatasan dan peraturan politik.
Ringkasnya, kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar merupakan suatu wilayah otonom dari masyarakat yang berjalan menurut hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “ positive sum game” dan pasar cenderung akan nampak memaksimalkan keuntungan bagi semua individu, rumah tangga, dan perusahaan yang berpartisipasi dalam pertukaran pasar. Perekonomian merupakan wilayah kerjasama bagi keuntungan timbal balik antar negara dan juga antar individu. Dengan demikian, perekonomian internasional seharusnya di dasarkan perdagangan bebas.
c. Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxisme membuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal (kapital).
Kaum Marxis sepakat dengan kaum merkantilis bahwa politik dan ekonomi sangat berkaitan, keduanya menolak pandangan kaum liberal tentang bidang ekonomi yang berjalan dengan hukumnya sendiri. Tetapi, sementara kaum merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis menempatkan ekonomi yang pertama dan politik yang kedua. Bagi kaum marxis, perekonomian kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial yang bertentangan salah satu kelas, kaum borjuis, memiliki alat-alat produksi. Sedangkan kaum proletar hanya memiliki kekuatan kerjanya saja, yang harus di jual pada borjuis. Tetapi buruh lebih banyak bekerja di banding yang ia dapatkan kembali. Terdapat nilai tambah yang diambil kaum borjuis. Hal ini merupakan keuntungan kapitalis, dan keuntungan itu berasal dari eksploitasi tenaga kerja.
Pandangan kaum Marxis tersebut disebut “Matrialisme”. Hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa aktivitas inti dalam masyarakat manapun hirau dengan cara-cara bagaimana manusia menghasilkan alat-alat eksistensinya.
Teori
ekonomi politik internasional saat ini yang berdasarkan kerangka Marxisme
adalah analisis Immanuel Wallerstein tentang perkembangan sejarah perekonomian
dunia kapitalis. Wallerstein memberikan banyak tekanan pada perekonomian dunia
dan cenderung mengabaikan politik Internasional. Ia mempercayai perekonomian
dunia sebagai pembangunan yang tidak seimbang yang telah menghasilkan hierarki
dari wilayah core, semi periphery, dan periphery. Yang kaya dari wilayah core
(Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang) digerakkan atas penderitaaan wilayah
periphery (Dunia Ketiga). Wellerstein melihat akhir Perang Dingin dan
kehancuran blok Soviet sebagai akibat dari perkembangan perekonomian dunia
kapitalis. Meskipun demikian, prospek jangka panjang adalah kehancuran system
kapitalis, sebab. Kontradiksi dari system tersebut sekarang dibiarkan pada
sekala dunia. Keberhasilan, bukan kegagalan, merupakan ancaman nyata bagi
kapitalisme global, ketika kemungkinan perluasan semuanya digunakan, upaya
tanpa akhir dalam mencari keuntungan akan mengakibatkan pada krisis baru dalam
perekonomian kapitalis dunia yang cepat atau lambat, akan menengarai kematiannya.
Perekonomian adalah
tempat eksploitasi dan perbedaan antar kelas sosial, khususnya kaum borjuis dan
kaum proletar. Politik sebagian besar ditentukan oleh konteks sosial ekonomi.
Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik. Hal itu berarti bahwa
dalam perekonomian kapitalis kaum borjuis akan menjadi kelas berkuasa.
Pembangunan kapitalis global bersifat tidak seimbang bahkan menghasilkan krisis
dan kontradiksi, baik antar Negara maupun antar kelas sosial. EPI marxis selanjutnya
hirau pada sejarah tentang perluasan kapitalisme global, perjuangan antar kelas
dan Negara yang telah membangkitkan kebangkitan di nseluruh dunia, dan
bagaimana transformasi yang revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan muncul.
PEMBANDING
|
MERKANTILISME
|
LIBERALISME
|
MARXISME
|
Hubungan antara ekonomi
dan politik
|
Politik yang
menentukan
|
Ekonomi otonom
|
Ekonomi yang
menentukan
|
Aktor utama.unit
analisis
|
Negara-negara
|
Individu-individu
|
Kelas-kelas
|
Sifat hubungan
ekonomi
|
Konfliktual zero
sum game
|
Kooperatif positive
sum game
|
Konfliktual
|
Tujuan ekonomi
|
Negara-negara
|
Memaksimumkan
kesejahteraan indidivu
|
Kepentingan kelas
|
Bagan
Tiga teori EPI
D.
Teori Pembangunan Dunia Ketiga
Teori Pembangunan
Dunia Ketiga adalah teori-teori pembangunan yang berusaha menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh negara-negara miskin atau negara yang sedang berkembang
dalam dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan dan
kekuatan militer negara-negara adikuasa atau negara industri maju.
Persoalan-persoalan yang dimaksud yakni bagaimana mempertahankan hidup atau meletakkan dasar-dasar ekonominya agar dapat bersaing di pasar internasional.
Untuk mengukur pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari:
Persoalan-persoalan yang dimaksud yakni bagaimana mempertahankan hidup atau meletakkan dasar-dasar ekonominya agar dapat bersaing di pasar internasional.
Untuk mengukur pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari:
1. Kekayaan rata-rata yakni produktifitas masyarakat atau
produktifitas negara tersebut melalui produk nasional bruto dan produk domestic
bruto.
2. Pemerataan: tidak saja kekayaan atau produktifitas
bangsa yang dilihat, tetapi juga pemerataan kekayaan dimana tidak terjadi
ketimpangan yang besar antara pendapatan golongan termiskin, menengah dan
golongan terkaya. Bangsa yang berhasil dalam pembangunan adalah bangsa yang
tinggi produktifitasnya serta penduduknya relatif makmur dan sejahtera secara
merata.
3. Kualitas kehidupan dengan tolok ukur PQLI (Physical
Quality of Life Index) yakni: rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun,
rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata presentasi buta dan melek huruf.
4. Kerusakan lingkungan.
Kejadian
sosial dan kesinambungan
·
Teori Modernisasi:
Pembangunan sebagai masalah internal.
Teori
ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor internal atau
faktor-faktor yang terdapat di dalam Negara yang bersangkutan.
Ada banyak
variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara lain adalah:
1. Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya
merupakan masalah penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya
dikembangkan oleh para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay
Domar yang secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama yakni:
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
2. Teori yang menekankan aspek psikologi individu.
Tokohnya adalah McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment dengan symbol
n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara
pembentukanya melalui pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di
lingkungan keluarga.
3. Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan
masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya
nilai-nilai agama. Satu masalah pembangunan bagi Max Weber (tokoh teori ini)
adalah tentang peranan agaman sebagai faktor penyebab munculnya kapitalisme di
Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari semua itu
adalah etika protestan yang dikembangkan oleh Calvin.
4. Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial
dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai.
5. Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal
ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk
manusia modern yang bisa membangun
·
Teori ketergantungan.
Teori
ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah jawaban yang diberikan
oleh teori modernisasi. Teori struktural berpendapat bahwa kemiskinan yang
terjadi di negara dunia ketiga yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian
adalah akibat dari struktur pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian
dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang lemah.
Ada 6 inti
pembahasan teori ketergantungan:
1. Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.
2. Pakar eksternal melawan internal.
3. Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik
4. Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.
5. Keterbelakangan melawan pembangunan.
6. Voluntarisme melawan determinisme
1. Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.
2. Pakar eksternal melawan internal.
3. Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik
4. Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.
5. Keterbelakangan melawan pembangunan.
6. Voluntarisme melawan determinisme
·
Teori Dinamika
Produksi
Tahapan
pembangunan tidak hanya deskriptif, tidak pula hanya suatu cara untuk
menggeneralisir beberapa pengamatan faktual tentang urutan pertumbuhan masyarakat.
Tahapan pembangunan memiliki logika tersendiri yang berkesinambungan. Tahapan
tersebut mempunyai kerangka analitik yang berakar pada teori dinamika
produksi. Teori klasik pembangunan dirumuskan berdasarkan asumsi dasar
yang statis yang membatasi atau hanya mengijinkan variabel yang paling relevan
dengan proses pertumbuhan ekonomi.
E. Kombinasi
Teori-Teori Klasik
Pendekatan Gilpin
(1987) yang pada dasarnya merkantilis juga sesuai untuk mempelajari kerangka
politik mengitari aktivitas ekonomi. Pe3ndekatan itu mencerminkan premis
dasarnya bahwa Negara dan kekuatan politik militernya lebih penting dalam EPI
daripada bentuk-bentuk kekuatan lainnya, termasuk kekuatan ekonomi . Gilpin
menjadikan pernyataan kaum merkantilis tentang perekonomian internasional yang
liberal hanya dapat berfungsi ketika didukung oleh kekuatan politik yang
memimpin, disebut hegomon. Kami akan kembali pada persoalan ini dibawah.
Perdebatan
yang paling penting dimunculkan oleh teori-teori EPI berasal dari Merkantilisme
yang hirau dengan perlunya Negara yang kuat untuk menciptakan perekonomian
Internasional Liberal, yang berfungsi baik. Perdebatan yang paling penting
dipicu oleh marxisme yang hirau dengan pembangunan dan keterbelakangan didunia
Ke tiga. Akhirnay kaum ekonomi Liberal telah memicu sejumlah perdebatan dalam
berbagai macam isu. Kami memilih berkonsentrasi pada isu perubahan dalam
konteks globalisasi ekonomi.
C. Keterkaitan antara ekonomi politik domestik dan internasional.
Hubungan internasional pada dasarnya mengandung interaksi yang bersifat ekonomi dan politik internasional. Ekonomi Politik Internasional mengulik teori-teori dari dua disiplin ilmu, ekonomi dan politik seperti masalah sistem moneter, perdagangan internasional, pembangunan ekonomi dan lain sebagainya. Ini merupakan studi mengenai masalah internasional yang terfokus pada masalah-masalah interdependensi kompleks yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Sistem
ekonomi memang pada dasarnya dikendalikan oleh sistem pasar internal, namun
karena kerjasama yang dilakukan antar negara, membawa faktor eksternal sebagai
penentu arah selanjutnya. Faktor eksternal yang mempengaruhi bergeraknya pasar
contohnya seperti struktur masyarakat, perkembangan teknologi dan kerangka
politik, baik kerangka politik domestik maupun kerangka politik internasional.
Ekonomi Politik merupakan studi dimana terjadi saling keterkaitan antara
ekonomi dan politik dalam kancah domestik. Suatu negara akan berupaya untuk
menstabilkan ekonomi nasional dan menjadikannya sebagai salah satu penopang bagi kelancaran
sistem politik nasional.
Lalu apa bedanya
dengan Ekonomi Politik Internasional? Penambahan kata Internasional disini
ditujukan untung membedakan ruang lingkupnya. Ekonomi Politik terfokus pada
ruang lingkup domestik, sedangkan Ekonomi Politik Internasional lebih kepada
ruang lingkup global atau internasional. Ekonomi politik memfokuskan diri pada
dinamika ekonomi dan politik dalam negeri itu sendiri. Bagaimana usaha suatu
negara untuk memakmurkan negaranya melalui jalur ekonomi dan politik sebagai
penghantarnya. Keduanya menjadi aspek penting untuk para pelaku ekonomi dan
politik dalam upaya mencapai kestabilan dalamnegeri.
Apabila suatu negara mengembangkan sayapnya ke kancah dunia internasional dengan menjalin kerjasama dengan negara lain atau ikut serta dalam perdagangan internasional, itulah yang dinamakan Ekonomi Politik Internasional. Sistem politik dan ekonomi berjalan beringingan dan bergerak dari jalur domestik menuju ke jalur internasional. Dalam kancah internasional, ekonomi politik menunjukan adanya kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain dalam memenuhi atau mencapai tujuannya. Mereka saling berinteraksi dan bekerjasama, baik dalam bidang politik maupun ekonomi. Keduanya akan selalu saling mengiringi dalam prosesnya meskipun pada dasarnya merupakan dua hal yang berbeda. Struktur dan sistem ekonomi internasional sebagian besar dipengaruhi oleh struktur dan operasi sistem politik internasional. Begitu pula dengan proses pembuatan kebijakan-kebijakan ekonomi juga secara tidak langsung digiring oleh kepentingan politik. Kepedulian politik pun akan selalu berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan ekonomi.
Apabila suatu negara mengembangkan sayapnya ke kancah dunia internasional dengan menjalin kerjasama dengan negara lain atau ikut serta dalam perdagangan internasional, itulah yang dinamakan Ekonomi Politik Internasional. Sistem politik dan ekonomi berjalan beringingan dan bergerak dari jalur domestik menuju ke jalur internasional. Dalam kancah internasional, ekonomi politik menunjukan adanya kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain dalam memenuhi atau mencapai tujuannya. Mereka saling berinteraksi dan bekerjasama, baik dalam bidang politik maupun ekonomi. Keduanya akan selalu saling mengiringi dalam prosesnya meskipun pada dasarnya merupakan dua hal yang berbeda. Struktur dan sistem ekonomi internasional sebagian besar dipengaruhi oleh struktur dan operasi sistem politik internasional. Begitu pula dengan proses pembuatan kebijakan-kebijakan ekonomi juga secara tidak langsung digiring oleh kepentingan politik. Kepedulian politik pun akan selalu berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan ekonomi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Globalisasi
memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap politik luar negeri RI. Sisi
positifnya, dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan Indonesia kini
dijalankan secara lebih terbuka dan demokratis. Selain itu, dari aspek
globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan
kerja dan meningkatkan devisa negara. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar
negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, dll.) membanjiri di Indonesia.
2. Fokus perhatian ekonomi politik internasional adalah hubungan antara dinamika pasar dengan domestik keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pasar itu di tingkat domestik maupun internasional. Ada tiga teori yang berhubungan dengan ekonomi politik internasional, yaitu: merkantilisme, liberalisme ekonomi, dan marxisme.
3. Ekonomi Politik terfokus pada ruang lingkup domestik, sedangkan Ekonomi Politik Internasional lebih kepada ruang lingkup global atau internasional. Ekonomi politik memfokuskan diri pada dinamika ekonomi dan politik dalam negeri itu sendiri. Bagaimana usaha suatu negara untuk memakmurkan negaranya melalui jalur ekonomi dan politik sebagai penghantarnya. Keduanya menjadi aspek penting untuk para pelaku ekonomi dan politik dalam upaya mencapai kestabilan dalam negeri.
2. Fokus perhatian ekonomi politik internasional adalah hubungan antara dinamika pasar dengan domestik keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pasar itu di tingkat domestik maupun internasional. Ada tiga teori yang berhubungan dengan ekonomi politik internasional, yaitu: merkantilisme, liberalisme ekonomi, dan marxisme.
3. Ekonomi Politik terfokus pada ruang lingkup domestik, sedangkan Ekonomi Politik Internasional lebih kepada ruang lingkup global atau internasional. Ekonomi politik memfokuskan diri pada dinamika ekonomi dan politik dalam negeri itu sendiri. Bagaimana usaha suatu negara untuk memakmurkan negaranya melalui jalur ekonomi dan politik sebagai penghantarnya. Keduanya menjadi aspek penting untuk para pelaku ekonomi dan politik dalam upaya mencapai kestabilan dalam negeri.
Merkantilisme
menganggap perekonomian tunduk pada politik. Aktivitas ekonomi dilihat dalam
konteks yang lebih besar dari kekuatan Negara yang meningkat, kepentingan
nasional mengatur pasar. Kekayaan dan kekuatan merupakan tujuan yang saling
melengkapi bukan saling bersaing, tetapi ketergantungan ekonomi yang besar pada
Negara lain harus dihindari ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah,
kepentingan keamanan memiliki prioritas.
Ekonomi
kaum liberal berpendapat bahwa perekonomian pasar merupakan wilayah otonom dari
masyarakat, berjalan sesuai dengan hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi
bersifat “positive sun game”, dan pasar akan cenderung memaksimalkan keuntungan
bagi individu, rumah tangga, dan perusahaan. Perekonomian merupakan bidang
kerjasama yang slingmenguntungkan, antar Negara dan juga antar individu.
Dalam
pendekatan marxis perekonomian adalah tempat eksploitasi dan perbedaan antar
kelas sosial, khususnya kaum borjuis dan kaum proletar. Politik untuk sbagian
besar ditentukan oleh konteks sosio ekonomi. Kelas ekonomi yang paling dominan
juga dominan secara politik. EPI hirau dengan sejarah ekspansi kapitalis global
dan perjuangan antar kelas dan. Pembangunan kapitalis bersifat tidak seimbang
dan menghasilkan krisis dan kontradiksi baru, baik antar Negara maupun antar
kelas sosial.
EPI
juga mengangkat masalah pembangunan dan perubahan kenegaraan berdaulat secara
langsung. Perekonomian nasional merupakan sumber daya yang sangat mendasar bagi
Negara-bangsa. Ketika perekonomian nasional berada dalam proses yang
terintegrasi ke dalam perekonomian dalam konteks glonalisasi ekonomi, dasar
keseluruhan bagi kenegaraan yang modern berubah dengan cara yang kritis.
DAFTAR
PUSTAKA
Isaak, Robert A. 1995. Ekonomi Politik Internasional. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
Rachbini, Didik. 2003. Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rudy, May. 2007. Ekonomi politik Internasional (peran domestik hingga ancaman globalisasi). Bandung: Nuansa Cendikia.
Widjaja, Albert. 1982. Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES
Perwira Banyu. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.