Ups !!! Rupiah
pimpin pelemahan 24 mata uang "emerging market"
Nov 29, 2013 | Written
by admin
JAKARTA, 29/11 (SOLUSInews): Mata uang
rupiah ternyata memimpin pelemahan di antara mata uang negara-negara berkembang
pada pekan ini. Pelemahan dipicu oleh defisitnya neraca berjalan, sehingga
Indonesia rentan terhadap kaburnya modal asing akibat Federal Reserve bersiap
memangkas stimulus ekonominya.
Sejauh ini, defisit neraca berjalan
setara dengan 3,8 persen dari PDB pada akhir September. Angka tersebut telah
membaik dari kuartal II-2013 yang mencapai 4,4 persen.
“Pelemahan yang terjadi pada bulan ini
kami lihat tidak seperti yang terjadi pada Juni lalu, di mana modal asing
keluar secara besar-besaran. Yang terjadi saat ini adalah masalah kepercayaan
pasar terhadap pemerintah serta permintaan dollar yang cukup tinggi," ujar
Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd sebagaimana dikutip dari
Bloomberg, Jumat (29/11).
Disebutnya, jika prospek perekonomian
suram, investor akan enggan kembali ke Indonesia.
Nilai tukar rupiah turun 5,9 persen pada
November, sekaligus merupakan penurunan terbesar di antara 24 mata uang
negara-negara berkembang. Mengacu pada data bloomberg, pada pukul 9.39 siang
ini, rata-rata 1 dollar AS dihargai Rp 11.974. Posisi tersebut terlemah sejak
Maret 2009, di mana nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.000 per dollar AS.
Di pasar luar negeri, nilai tukar rupiah
pada pasar non delivery forward 1 bulan dihargai Rp 11.940 per dollar AS, atau
turun 7,6 persen pada bulan ini.
(jr-kdc/S)
SARAN
Pemerintah harus bekerja keras untuk mencegah
kaburnya modal asing dan enggannya investor untuk kembali berinvestasi di
Indonesia. Caranya adalah dengan mengatasi masalah defisitnya neraca berjalan.
Suatu negara mengalami defisit neraca
pembayaran ketika mengalami kelebihan impor dan melemahnya kinerja ekspor. Selain
itu, penyebab terjadinya defisit neraca pembayaran (berjalan) antara lain
adalah karena surplus transaksi perdagangan barang dan jasa, terutama transaksi
dalam aktivitas ekspor dan impor berjalan yang menyusut dan merosotnya aktivitas
investasi baik investasi langsung maupun investasi portofolio. Untuk itu,
pemerintah harus memperbaiki struktur industri untuk mengurangi ketergantungan
ekspor bahan mentah dan impor barang modal.
Selain itu Pemerintah juga harus segera mengatasi
masalah yang menghambat pembangunan infrastruktur, dan membangun kebijakan
investasi yang lebih ramah supaya para investor tertarik untuk berinvestasi di
Indonesia.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar