Cute Cherry -->

Rabu, 22 April 2015

Akuntansi Internasional - Emerging Market

Ups !!! Rupiah pimpin pelemahan 24 mata uang "emerging market"

Nov 29, 2013  |  Written by admin 

JAKARTA, 29/11 (SOLUSInews): Mata uang rupiah ternyata memimpin pelemahan di antara mata uang negara-negara berkembang pada pekan ini. Pelemahan dipicu oleh defisitnya neraca berjalan, sehingga Indonesia rentan terhadap kaburnya modal asing akibat Federal Reserve bersiap memangkas stimulus ekonominya.

Sejauh ini, defisit neraca berjalan setara dengan 3,8 persen dari PDB pada akhir September. Angka tersebut telah membaik dari kuartal II-2013 yang mencapai 4,4 persen.

“Pelemahan yang terjadi pada bulan ini kami lihat tidak seperti yang terjadi pada Juni lalu, di mana modal asing keluar secara besar-besaran. Yang terjadi saat ini adalah masalah kepercayaan pasar terhadap pemerintah serta permintaan dollar yang cukup tinggi," ujar Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/11).

Disebutnya, jika prospek perekonomian suram, investor akan enggan kembali ke Indonesia.

Nilai tukar rupiah turun 5,9 persen pada November, sekaligus merupakan penurunan terbesar di antara 24 mata uang negara-negara berkembang. Mengacu pada data bloomberg, pada pukul 9.39 siang ini, rata-rata 1 dollar AS dihargai Rp 11.974. Posisi tersebut terlemah sejak Maret 2009, di mana nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.000 per dollar AS.

Di pasar luar negeri, nilai tukar rupiah pada pasar non delivery forward 1 bulan dihargai Rp 11.940 per dollar AS, atau turun 7,6 persen pada bulan ini.

(jr-kdc/S)


SARAN

Pemerintah harus bekerja keras untuk mencegah kaburnya modal asing dan enggannya investor untuk kembali berinvestasi di Indonesia. Caranya adalah dengan mengatasi masalah defisitnya neraca berjalan.

Suatu negara mengalami defisit neraca pembayaran ketika mengalami kelebihan impor dan melemahnya kinerja ekspor. Selain itu, penyebab terjadinya defisit neraca pembayaran (berjalan) antara lain adalah karena surplus transaksi perdagangan barang dan jasa, terutama transaksi dalam aktivitas ekspor dan impor berjalan yang menyusut dan merosotnya aktivitas investasi baik investasi langsung maupun investasi portofolio. Untuk itu, pemerintah harus memperbaiki struktur industri untuk mengurangi ketergantungan ekspor bahan mentah dan impor barang modal.

Selain itu Pemerintah juga harus segera mengatasi masalah yang menghambat pembangunan infrastruktur, dan membangun kebijakan investasi yang lebih ramah supaya para investor tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.


REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar